Hilyah Laila
Hilya adalah panggilan akrab sehari-hari di keluarga dan teman-temannya. Hilya adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Hilya tinggal bersama kedua orang tua di Telukjambe Karawang. Ayah bekerja sebagai buruh, dan aktif sebagai guru ngaji anak di lingkungan rumah dan Yayasan Al-Fatimiyah. Ibu pernah berjualan kupat tahu/tahu bumbu untuk membantu meringankan beban keluarga.
Hilya terbiasa hidup dengan kesederhanaan, tetapi merasa bahagia karena selalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua. Sekolah kelas 4 SD diantar oleh ayah karena jarak cukup jauh, sebelum sekolah dibiasakan sarapan dulu dirumah. Jajan sewaktu-waktu saja. Kebutuhan sekolah seperti buku paket, pakaian seragan, tas dan sepatu dimilikinya meskipun tidak secara lengkap.
Proses masuk ke PSAA Daarul Hasanah
Informasi tentang PSAA Daarul Hasanah diperoleh dari ayahnya. Ketika itu ayahnya aktif mengajar ngaji di Masjid yang ada di dekat tempat tinggal pengurus panti. Ayahnya mendapat tawaran untuk membantu mengurus dan membimbing anak-nanak di panti. Setelah secara resmi ayahnya menjadi pegurus dan pembimbing sehari-hari dipanti, maka keluarganya termasuk Hilya dibawa untuk tinggal di panti dengan harapan ayahnya bisa secara penuh membimbing dan mengawasi anak-anak.
Kehidupan setelah berada di PSAA Daarul Hasanah
Hilya merasa nyaman tinggal di panti bersama keluarga dan teman-teman, karena di panti Hilya selain bisa sekolah dengan fasilitas belajar yang cukup, juga memperoleh pendidikan agama selain dari kedua orang tuanya, yaitu dari pengurus tim pendidikan oleh ust. Yudi Wahyudi, S.Ag. Dan Ust. M. Suha.
Pergaulan dengan teman sangat akrab, bisa saling bertukar pikiran, berani curhat sama pengurus misalnya tentang pendidikan, masa depan. Hilya merasa yakin dengan bekal semangat belajar, akan berhasil meraih cita-citanya yaitu jadi penda’wah atau mubaligoh.